Rabu, 23 Oktober 2013

Clotehan hati


Jumat, 23 Oktober 2013
                                                                   Golongan Manusia.

Dalam sebuh kitab al ghazali mengatakn bahwa manusia itu tergolong dalam empat golongan dalam pandangan Allah Swt. Dintaranya adalah:
1.      Manusia yang beruntung di dunia dan beruntung di akhirat.
Golongan manusia ini adalah manusia yang beruntung di kala ia hidup didunia artinya manusia yang banyak mendapatkan keuntungan dari Allah swt, ia sebagai mananusia yang pandai,memmiliki pengetahuan yang luas, memiliki kekayaan yang luas, memiliki pangkat dan jabatan  yang hebat, tetapi ilmu yang tinggi kekayaan yang melimpah tidak menjadikan dirinya sebagai orang yang sombong, orang yang angkuh, bahkan ilmu yang dia miliki menjadikan ia rendah diri, berkahlak mulia, ramah terhadap sesama manusia, banyak beribadah kepada Allah, gemar beramal saleh, sehingga menjadikan hidupnya beruntung.dengan pengabdian ilmu yang dimilikinya itu membawa ia kehadapan Allah menjadi manusia yang baik pula, sudah barang tentu, kalau dimasa didunia ia baik, tentunya di hadapan Allah sudah menjadi baik pula.
2.      Golongan manusia yang kedua adalah manusia yang beruntung di dunia celaka di akhirat.
Golongan manusia seperti ini hanya hebat ia didunia tetapi tidak beruntung diakhirat. Sebab manusia seperti ini ketika hidup didunia kurang bersyukur kepada Allah. Manusia seperti ini tidak kalah hebatnya dengan manusia pada kelompok pertama, manusia jenis ini juga sama memiliki pengetahuan yang luas, semua ilmu dia kuasa, semua harta juga dia miliki, hebat dalam jabatan, hebat dalam pandangan masyarakat, namun kehebatan dan kejayaannya itu hanya di dunia. Ia lupa akan sang pencipta, ia tidak menyadari apa arti hidup dan kehidupan ini, kalau sudah bekerja ia lalai terhadap kewajiban kepada Allah, ia tinggalkan shalat, ia tinggalkan sadakah, ia hanya mementingkan kehidupan dunia semata, yang pada akhirnya ia tidak beruntung di hadapan Allah, yang apabila dimintai pertanggung jawaban masalah kehidupannya ia tidak dapat mempertanggung jawabkannya. Inilah kerugian manusia yang hanya cinta duni sedit bersyukur kepada Allah.
3.      Golongan manusia yang ketiga adalah manusia yang sederhada di dunia beruntung di akhirat. Jenis manusia semacam ini  tidak begitu menang dalam dunia, ia hidupnya dalam kesederhanaan, ia punya ilmu dengan keilmuannya itu ia bias mengimplementasikan dalam kehidupannya, debgan ilmunya itu ia pandai untuk bersyukur, dengan kekayaannya ia banyak bersedekah, dengan hartanya itu ia manfaatkan untuk kemaslahatan umaat, ia pandai dalam bersyukur, gemar dalam beribadah dan menjadikan hidup ini sebagai suatu perjalanan yang pada akhirnya akan mengalami suatu kepunahan seperti yang tercantum dalam firman Allah “setiap yang bernyawa pasti akan mengalami kematian “ maka manusia ketika hidup di dunia ini tidak ada yang di bangga-banggakan semuanya akan mengalami kepunahan (kematian). Maka manusia yang memiliki sifat dan perilaku yang demikian ia tidak hebat di dunia tetapi ia beruntung di akhirat.

4.      Golongan manusia yang terakhir adalah celaka di dunia dan celaka di akhirat. Golongan manusia seperti celaka di dunia dia tidak kaya, ia tidak banyak harta, tidak punya jabatan, tidak punya kuasa, walauapun ia punya itu semua, tetapi ia peroleh bukan atas kehendak dan ridho dari Allah, maka kelompok manusia ini tidak lah beruntung, sebab dalam hidupnya di dunia ia sudah celaka, sudah kurang beruntung, kekurangan keberuntungannya ini di karenakan oleh kesalahannya sendiri, sebab Allah mencitakan atau menurunkan hambanya keatas dunia ini tentunya sudah ada perhitungan artiny sama dengan makhluk-makhluk ciptaan yang laianya atau seperti manusia yang lainnya. Sebagaimana Allah telah menjelaskan dalam Al Quran 2:286. Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupanya. Dia mendapatkan pahala dari apa yang ia buat kebajikan, dan ia mendapat siksa dari perbuatan kejahatan yang ia kerjakan. Maka apabila kita ingkar akan perintah Allah maka manusia tersebut mendapatkan siksa sesuai dengan perbuatan yang ia kerjakan dikala ia masih hidup. Jadi kalau di dunia ia ingkar kepada sang penciptanya berarti dalam kehidupan akhiratnya juga mengalami hal yang sama yaitu sengsara,

Celakanya manusia ini disebabkan kurangnya bersyukur kepada Allah, tidak menyadari asal usulnya darimana, manusia lebih mendengarkan rayuan dan bujukan syetan ketimbang memikirkan dari apa dia diciptakan, untuk apa ia hidup, dan kemana setelah hidup. Ini perlu di renungi dan di jadikan bahan pertimbangan dalam kehidupan manusia. Karena manusia hidup tidak lama, kejayaan manusia itu hannya sampai umur lima puluh tahun, setelah itu manusia tidak punya kekuatan apa-apa. Hidup ini ibarat seperti manusia mengarungi lautan.



Selasa, 22 Oktober 2013

makalah konseling

TUGAS
MATA KULIAH       : PSIKOLOGI KONSELING
KOSENTRASI           : SUPERVISI PENDIDIKAN
U N I T/ RUANG       : 2 (DUA) / 7 (TUJUH)
DOSEN PENGASUH: Dr. M. JAMIL YUSUF, M.Pd                               
1.      Konseling sebagai suatu proses, melibatkan perilaku individu partisipan yang terkaiy yakni, konselor, klien, serta unsur yang terkait yaitu proses intraksi dalam berbagai situasi, baik internal maupun eksternal. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang konselor, klien serta perilaku yang berkaiatan dengan proses konseling.
JAWAB.
v  Konselor
       Bimbingan Konseling merupakan suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yang diberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di  dibutuhkan Konselor. Konselor adalah seorang yang mempunyai keahlian dalam konseling.
Menurut Hartono dan Boy Soedarmadji dalam buku psikolog konseling : konselor adalah seorang yang memiliki keahlian dalam bidang pelayanan konseling dan tenaga profesional. Menurut Jones : konselor adalah kegiatan dimana semua fakta dikumpulkan dan semua pengalaman siswa difokuskan pada masalah tertentu untuk diatasi sendiri oleh yang bersangkutan, dimana ia diberi bantuan pribadi dan langsung dalam pemecahan masalah. Menurut Winkel : konselor sekolah adalah seorang tenaga profesional yang memperoleh pendidikan khusus diperguruan tinggi dan mencurahkan seluruh waktunya pada pelayanan Bimbingan dan Konseling.
       Kesimpulan dari pengertian konselor menurut para ahli yaitu :Konselor pendidikan adalah tenaga profesional yang bertugas dan bertanggung jawab memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada peserta didik di satuan pendidikan. Konselor pendidikan merupakan salah satu profesi yang termasuk kedalam tenaga kependidikan seperti yang tercantum dalamUndang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Konselor pendidikan semula disebut sebagai Guru BimbinganPenyuluhan (Guru BP). Seiring dengan perubahan istilah penyuluhan menjadi konseling, namanya berubah menjadi Guru  Bimbingan Konseling (Guru BK). Untuk menyesuaikan kedudukannya dengan guru lain, kemudian disebut pula sebagaiGuru Pembimbing.
v  Klien
       Dalam kelangsungan proses bimbingan dan konseling, terdapat berbagai pelayanan yang sengaja diciptakan dan diselenggarakan.  Keuntungan ataupun jasa yang diperoleh dari adanya suatu pelayanan merupakan hasil dari fungsi sebuah pelayanan. Suatu pelayanan dikatakan tidak akan berfungsi jika ia tidak bisa memperlihatkan kegunaan ataupun tidak bisa memberikan manfaat atau keuntungan tertentu. Dalam pelayanan tersebut orang yang mendapatkan bantuan dan medapatkan manfaat dari bimbingan tersebut dinamakan klien. Klien adalah orang yang mempunyai problem atau memiliki sutau permaslahan dalam hidupnya, dan memohon bantuan kepada konselor untuk membantu menyelesaikan suatu masalah yang di hadapinya.
v  Perilaku yang terkait dengan dalam proses konseling
       Pelayanan bimbingan dan konseling jika tanpa adanya pemahaman terhadap masalah klien, penanganan terhadap masalah itu tidak mungkin dilakukan. Pemahaman terhadap masalah klien terutama menyangkut jenis masalahnya, intensitasnya, sangkut-pautnya, sebab-sebabnya, dan kemungkinan berkembangnya. Klien amat perlu memahami masalah yang sedang dialaminya, sebab dengan memahami masalahnya itu ia memiliki dasar bagi upaya yang akan ditempuhnya untuk mengatasi masalahnya itu. Bagi para siswa yang perkembangan dan kehidupannya masih amat banyak dipengaruhi oleh orang tua dan guru, pemahaman masalah juga diperlukan oleh orang tua dan guru siswa yang bersangkutan. Pemahaman masalah siswa sama gunanya dengan pemahaman tentang individu pada umumnya oleh orang tua dan guru, yaitu untuk kepentingan berkenaan dengan perhatian dan pelayanan orang tua terhadap anak, dan pengajaran oleh guru terhadap konseling adalah kalau yang sering dihadapi oleh seorang peserta didik diantaranya kurangnya perhatian orang tua terhadap kebutuhan anak dalam masah pendidikan, masalah yang dihadapi siswa di dalam kehidupan rumah tangga, karena orang tua berpoligami, masalah siswa dengan rendahnya nilai ujian di sekolah.
       Sementara masalah yang berkaitan antara supervisor dengan guru adalah guru yang kurang  disiplin dalam menjalan tugas, masalah guru dengan kepala sekolah, karena tertahannya kenaikan pangkatnya. Dan masih banyak lagi masala- masalah yang dihadapi guru.

2.      Setelah selesai mengikuti Mata kuliah Psikologi dan Konseling Islam, saudara diharapkan mampu melaksanakan tugas pkok dan fungsinya sebagai supervisor Pendidikan Islam dalam jalur pendidikan formal. Dengan berdasarkan pada materi kuliah Psikologi dan Konseling Islam, maka :
a.      Bagaimana wawasan saudara memahami, menangani dan menyikapi berbagai problema yang dihadapi guru.
       Ilmu pengetahuan dan pengalaman hidup merupakan dua hal yang saling melengkapi dan menghiasi pada diri manusia  yang masih hidup di,muka bumi ini, kedua hal tersebut apabila tidak ada pada diri seseorang, maka kehidupan orang tersebut  terasa kurang kompleks apabila orang tersebut hidup dalam lingkungan  yang sudah maju dan berkembang. Namun sebaliknya, kedua hal tersebut tidak ada pengaruhnya apabila kita hidup dalam suasana dan lingkungan tidak maju, misalnya di kampong-kampung atau di pedesaan yang paling dalam, sebab manusia disana hanya mengandalkan tenaga dalam menghadapi hidup dan kehidupan, asal mereka sanggup bekerja dan memiliki tenaga yang kuat maka mereka dikatakan sebagai orang kuat serta memiliki kekayaan yang banyak.
       Sungguh berbeda dengan kehidupan masyarakat modern, mereka harus bersaing dari berbagai bidang kehidupan dan keahlian, dari bidang ilmu pengetahuan dan pengalaman, sehingga pada lingkungan masyarakat modern lebih banyak masalah yang harus diselesaikan. Jadi setelah membaca dan mempelajari ilmu Psikologi dan Konseling Islam, menjadikan saya bertambah ilmu dan wawasan  dapat mengintropeksi diri sendidri dalam menghadapi problema hidup.
       Dalam memahami problema yang dihadapi  guru selama ini adalah : (1) bahwa guru kurang membaca buku, sehingga wawasan, pengetahuan kurang didapat dari perkembangan serta kemajuan ilmu yang terjadi saat sekarang ini. (2) guru tersebut kurang mengadakan sering (diskusi) bertukar pikiran saling memberi dan menerima dari teman sejawat tentang ilmu, pengalaman yang didapat dan merasa kurang di peroleh. (3) problema yang dihadapi guru  tersebut tidak dijadikan suatu maslah yang baru dalam hidupnya, sehingga dirinya merasa tidak ada suatu masalah. Namun masalah tersebut hanya dihadapi dengan biasa-biasa saja, sehingga problema tersebut selalu terpendam dan tanpa  teratasi.
       Dalam  upaya menangani problema guru tersebut, di menggunakan pendekatan individu, dengan mengadakan komunikasi yang akrab,  sikap yang ramah dan penuh perhatian. Dari sinilah mulai diberikan bimbingan secara bertahap terhadap guru yang memiliki preblema tersebut.  Dalam saya menyikapi masalah yang dihadapi guru tersebut, hal ini wajar terjadi, sebab manusia bukanlah makhluk yang kompleks, tetapi makhluk yang memiliki kelebihan dan kekurangan, makhluk yang memiliki kepandaian dan kebodohan. Namun hal ini dapat diatasi  selagi manusia tersebut mau dan ingin menyadari kelemahan dan mau memperbaikinya. Disitulah perlunya manusia sadar didri agar tidak selalu merasa dirinya sempurna dan kompleks, maka sikap seorang guru harus rendah diri, apa yang kita perbuat menjadi contoh teladan yang baik, baik pada padangan anak didik maupun baik pada pandangan masyarakat.
b.      Apa prinsip –prinsip Psikologi Konseling yang dapat diterapkan dalam proses kerja supervise.
  Jawaban.
Supervisi adalah suatu kegiatan yang dilakukanm oleg seorang supervisor dalam memberikan layanan terhadap klien atau oring yang yang sedang memiliki problema. Untuk memberikan bantuan agar masalah yang sedang dihadapi dapat teratasi berkat bantuan supervisor.
       Adapun prinsip-prinsip Psikologi Konseling yang dapat kita terapkan dalam proses pelaksanaan supervise ialah :
-          Menerapkan prinsip dasar  etika dalam menghadapi klien.  Dengan menggunakan etika yang baik dan sopan, sikap yang ramah, maka pelaksanakan supervisi seharusnya demikian.
-          Menerapakan prinsip-prinsip sikap jujur .  sikap jujur dan penuh percaya didiri harus ada pada kegiatan supervisi, sebab dengan sikap jujur akan tejalin saling percaya antara seorang supervisor dengan kliennya.
-          Menerapkan prinsip meyakinkan terhadap klien. Bimbingan yang kita berikan kepada klien harus senuhnya kita yakinkan kepada orang yang sedang kita  beri bantuan, masalah yang sedang dihadapinya benar-benar kita perhatikan sepenuhnya, kita yakinkan bahwa masalah yang sedang dihadapi dapat kita selesesaikan dengan bantuan pendekatan diri kita kepada sang pencipta.
-          Prinsip berupaya tidak berbohong terhadap klien.
-          Prinsip menepati janji terhadap klien.

c.       Bagaimana jalur dan prosedur mengembangkan pribadi dan profesionalisasi saudara sebagai supervisor secara berkelanjutan.
Jawaban.
       Adapun jalur dan prosedur dalam mengembangkan diri dalam hal prefesi supervise yang berkelanjutan adalah bahwa secara undang-undang bahwa supervise merupakan  suatu pekerjaan profesi, jadi dalam pengembangan diri menjadi seorang supervisor hendaknya  memiliki kompetensi. Adapun kompetensi   yang harus dimiliki oleh seorang supervisor adalah sebagai berikut :
1.      Kompetensi kepribadian
2.      Kompetensi manajerial
3.      Kompetensi akademik
4.      Kompetensi evaluasi
5.      Kompetensi penelitian dan pengembangan
6.      Kompetensi social.
Dari ke 6 kompetensi tersebut diatas harus dimiliki dan dikuasai oleh seorang supervisor dalam pengembangan suatu profesi. Tanpa dikuasai kompetensi tersebut maka seseorang belum dikatakan memiliki kompetensi dan belum dapat mengembangkan  tugas sebagai seorang supervise.

3.      Manakala matakuliah  Psikologi dan Konseling di tambah namanya menjadi Psikologi dan Konseling Islam,  maka saudara diminta untuk menjelaskan :    
a.      Bagaimana karakteristik dan identitas matakuliah Psikologi dan konseling Islam berdasarkan ajaran Islam ?
Jawaban.
       Adapun karakteristik  dari mata kuliah Psikologi dan Konseling Islam secara ajaran Islam menurut pandangan saya adalah  Psikologi secara umum mempelajari keadaan kepribadian seseorang, baik mengenai sikapnya, perilakunya, atau keadan mengenai gejolak yang sedang dihadapi oleh seorang klien. Dengan mempelajari Psikologi dapat mengetahu tentang gejolak yang sedang dihadapi oleh seorang klien, yang pada akhirnya seorang konselor dapat memahyaminya dan memberikan suatu bantuan dalam penyelesaian suatu masalah yang dihadapinya.  Jadi karakter dari Psikologi  konseling secara ajaran Islam tetap di pandang sebagai ilmu Psikologi Konseling Islam yang baik. Dan identitas ilmu tersebut tetap dikatakan sebagai  Ilmu Psikologi Konseling Islam.
b.    Adapun ladasan dari konsep utama konseling berdasarkan ajaran agama Islam adalah landasan utamanya Al Quran dan hadis Nabi. Menurut pendapat para ahli jiwa, yang mengendalikan kelakuan dan tindakan seseorang adalah kepribadian. Kepribadian tumbuh dan terbentuk dari pengalaman-pengalaman yang dilaluinya sejak lahir bahkan sejak dalam kandungan. Dengan memberikan pengalaman-pengalaman yang baik dan nilai-nilai moral yang sesuai dengan ajaran agama sejak lahir, semua pengalaman itu akan menjadi bahan dalam pembinaan kepribadian. Takdir firman berpendapat bahwa agama terhadap kehidupan manusia memang cukup menarik, khususnya agama islam. Hal ini tidak terlepas dari tugas para nabi yang membimbing dan mengarahkan manusia kearah yang baik dan juga para nabi sebagai figur konselor yang sangat mumpuni dalam memecahkan permasalahan (problem solving) yang berkaitan dengan jiwa manusia agar manusia keluar dari tipudaya setan, seperti tertuang dalam ayat 1-3 surat al-‘asr. “demi masa. Sesungguhnya, manusia dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebaikan serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran.

4.      Supervisor sering mendapatkan kasus di sekolah, salah satu kasusnya adalah “Guru bermasalah dengan kepala sekolah hingga berdampak pada usul kenaikan pangkat” deskripsikanlah dengan menggunakan pendekatan konseling.
Jawaban:
        Langkah awal untuk mengetahui dan menyelesaikan masalah  hendaknya diadakan suatu pendekatan, agar masalah yang sedang dihadapi dapat diketahui. Dalam pendekatan agar  mengetahui masalah tersebut, harus di ketahui dari kedua belah pihak, dari pihak kepala sekolah dan dari pihak guru yang memiliki masalah. Dari pihak kepala sekolah diadakannya pendekatan dan penjajakan masalah yang sedang dihadapi oleh seorang bawahannya. Mengapa menahan usul kenaikan guru, ini yang harus di cari jabannya. Sementara dari pihak guru yang bermasalah juga kita selidiki apa penyebab usul pangkat tertahan.
            Untuk mengawali  memecahkan masalah yang di hadapi guru seorang guru yang tertahan usul pangkatnya oleh seorang kepala sekolah adalah dengan mengadakan pendekatan terlebih dahulu terhadap guru yang bermasalah tersebut, dengan mewawancari apa penyebab sehingga terjadinya masalah dengan kepala sekolah. Setelah guru tersebut menceritakan ,masalah yang dirasakan oleh seorang guru tersebut, maka konselor sudah tahu titik permasalahan yang dihadapi oleh seorang guru tersebut.
        Kemudian konselor mencoba mengadakan pendekatan terhadap kepala sekolah untuk menggali informasi mengenai keadaan  yang berkaiatan dengan kenaikan pangkat. Menannykan apa-apa saja persyaratan yang harus dilengkapi dalam kenaikan pangkat seorang guru. Setelah kepala sekolah menjelaskan dan memaparkan tentang kelengkapan persyaratan yang harus dipenuhi dalam kenaikan pangkat, akhirnya konselor tahu informasi apa saja yang harus dipenuhi dalam persyaratan tersebut. Kepala sekolah mengatakan diantaranya persyaratan kenaikan pangkat kepada guru adalah setiap guru wajib menegagkan disiplin kerja, menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya, peduli terhadap tempat kerja atau lingkungan kerja, wajib menjalankan peraturan yang sudah di sepakati bersama. Inilah beberapa ketentuan yang disampaikan kepala sekolah untuk peryaratan kenaikan pangkat.
       Selanjutnya konselor mendatangi guru mengadakan bimbingan dan nasehat kepada guru yang sedang meghadapi guru tertahan usul pangkatnya. Konselor menyarankan dan memberi masukan serta mengajak guru agar memperbaiki kenerja dalam bertugas, sehingga pada akhirnya usul pangkat tidak tertahan lagi. Karena dengan guru sudah memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam undang-undang kenaikan pangkat tersebut, maka kepala sekolah tidak dapat menahannya. Pada prinsipnya kepala sekolah tidak berhak menahan usul pangkat bawahannya, asalkan persyaratan yang harus dilengkapi sudah memenuhi persyaratan.

5.      Buatlah ringkasan pendapat dan pemahan saudara  tentang substansi makalah yang telah saudara presentasekan, dengan merujuk silabus matakuliah dan pemikiran yang berkembang dalam diskusi/ Tanya jawaban.      
Cukup lama juga kita tidak asing mendengar Bimbingan Konseling mewarnai perjalanan hidup keilmuan yang ada. Sebagian orang telah dengan sengaja untuk terjun di bidang ini. Bergelut, mangkaji, diskusi, memberikan konsep hingga berujung pada suatu temuan ilmiah yakni teori. Hal ini seakan membawa nama BK menjadi harum dan dikenal oleh masyarakat sebagai salah satu proses ilmiah menangani problema manusia.
Berpuluh tahun kata konseling dijadikan wacana dari pertalian antara dua orang yang saling berbincang untuk menemukan suatu solusi. Sejak puluhan tahun BK telah menjelma menjadi keilmuan mandiri, yang dibuktikan dengan munculnya jurusan-jurusan BK baik di barat, pun di Indonesia. Walaupun pada akhirnya munculnya jurusan itu masih dimonopoli kampus-kampus pendidikan atau kampus yang berorientasi pada wilayah keguruan.
Secara keilmuan, banyak definisi-definisi yang dipelajari di kampus mencoba memberikan pemahaman bagi mahasiswa mengenai makna konseling, mulai dari mengarahkan, membimbing, pendekatan psikologis atau sekedar curahan hati. Dalam konteks yang cukup serius, seperti yang ditekankan dalam literatur konseling- konseling menemukan jatidirinya dalam asumsi kapada cengkraman etis profesional, komersial dan persepsi-persepsi yang menisbahkan konseling kepada unsur profesi. Hal itu didasarkan kepada buku-buku pengantar Bimbingan dan Konseling dalam tafsirkn BK dengan penjustifikasian wacana-wacana itu tadi.
Banyak kalangan pada akhirnya, terilhami setting pikiran seperti itu tadi yakni interpretasi BK kepada wilayah yang lebih terlihat personal. Ekses dari hal tersebut seakan menjadikan konseling sebagai salah satu kegiatan yang bernuansa soft atau lembut.
Ada beberapa hal yang mesti didiskusikan mengenai karakter BK saat ini. Cara yang baik ialah dengan melakukan reinterpretasi mengenai makna BK. Setidaknmya ada sekitar 5 masalah yang menjadi “biang keladi” dalam merias wajah BK dewasa ini. Gugatan secara etis layak untuk dimunculkan mengingat sekarang kita sedang bicara mengenai pengembangan BK.
  1. Menangani/Mengobati
Konseling tidak tepat rasanya jika hanya dilakukan untuk mengahadapi masalah. Banayak pihak menilai Konselor bekerja menangani masalah yang ada, dan berkesudahan ketika masalah itu terselesaikan juga ataupun ketika klien tidak lagi mendatangi konselor.
Berangkat dari perdebatan antara wilayah kerja BK dan Psikoterapi. Tidak jarang pakar merangkum distingsi kedua hal tersebut. Seperti dirangkum oleh Latipun mengenai perbedaan keduanya, disebutkan bahwa BK menangani masalah yang situasional sedangkan Psikoterapi menangani emosional yang berat neurosis.
Namun titik tekannya bukan hanya pada kualitas kasus, tetapi pada periodeisasi masalah. Ada baiknya BK tidak hanya disibukkan pada bentul layanan mengobati masalah, tetapi ada bentuk yang dilupakan sebagai ciri khas kesempurnaan serta kemapanan BK yaitu mencegah dan membangun.
2.                  Lisan
Dalam era glonbalisasi ini dimana segala hal serba baru dan kreatif, banyak ilmu dipacu untuk mengepakkan sayapnya dalam menangani krirsis manusia modern. Tak terkecuali BK yang patut menyeburkan diri dalam pusaran ini.
Dunia jurnalisme sebagai dunia tulis menulis dapat dijadikan partner untuk mengemas BK melaui tulisan yang termuat dalam media massa. Internet? Rasanya diandalkan dalam mewujudkan visi ini, seperti yang dilakoni e-psikologi dengan konseling via emailnya. Atau lebih menariknya guru BK dapat membuat semacam rubrik BK dengan kemasan menarik untuk memikat siswanya. Hal ini dirasa perlu karena tidak setiap orang dapat mendatangi konselor, selain itupun banyak individu yang canggung berbicara kepada konselor.
3.                  Institusi Pendidikan
Permalahan ini cukup urgen, bahwa BK ialah ada di Sekolah, secara tak langsung. Memepersempit ruang kerja BK. Ini tidak lepas dari “monopoli” jurusan BK yang diletakkan di kampus keguruan dan pendidikan. Dan khususnya di Indonesia fenomena ini pun belum dirasa berkembang secara signifikan untuk membentuk BK non pendidikan.
Disudut realita, sebenarnya tidak semua kampus memojokkan BK ke wilayah ekslusifitas pendidikan, toh ada beberapa keguruan yang mencoba untul lepas dalam pergulatan pemikiran dengan tujuan akhir pendidikan. membuka studi konseling karir, lintas budaya atau sosial kemasyarakatan. namun hidupnya jurusan itu di kampus-kampus dengan latar keguruan, akhirnya sulit membenamkan rasa apriori pada 2 wilayah yaitu keilmuan dan ruang kerja.
4.                  Individu
Individupun tidak kalah pentingnya dalam menciptakan sebuah nilai atau paradigma. Seperti yang disebut diatas tadi, tentang stigma BK sebagai jurusan yang soft memang tidak bisa dielakkan, ketika BK masih berfokus pada penanganan individu.
Penulis melihat stigma individu nyang ditanamkan kepada BKI, berkenaan dari berbagai teori yang ada. Secara historis wajar jika teori itu berorientasi kepada individu, mengingat teori BK belum lepas dari penciptanya yang berasal dari psikologi atau psikiatri. Sebutlah Carl Rogers, Ivan Pavlov, BF Skinner, Alfred Adler dan sebagainya.
BK sebagai event monopoli individu, tentu tidak etis diletakkan pada asumsi yang salah. Akan Tetapi berangkat dari corak suatu budaya dan masyarakat yang juga bangga dengan jatidiri massa, perlu dipertimbangkan. Banyak individu yang merasa nayaman dengan pendekatan BK secara massa. Analogi mudahnya seperti pertandingan sepakbola. Ada orang yang nyaman menonton sendiri, namun banyak juga yang lebih menikmati jalannya pertandingan secara beramai-ramai, atau pula berangkat langsung ke stadion, melihat bintang pujaan. Ini berarti BK pun dapat menarik, jika dikemas dalam bungkus massa, dengan dampak positif para klien dapat terpacu adrenalinnya.
Ada yang perlu yang diingat bagi model intervensi secara massa. BK secara massa harus pula dibingkai yang bersifat dinamis, progresif dan mengikuti pola-pola yang kreatif sesuai tuntutan zaman.
5.                  Inisiatif Klien
Perguruan tinggi mempunyai 3 karakter yang dipelihara secara luhur yang populis disebut tridharma. Pengajaran, penelitian serta pengabdian. Secara etis tiga hal itu mesti dipraktikan juga dengan kreatif dan penuh dinamisasi. Konselor sebagai pengabdi masyarakat mesti berperan aktif dalam menciptakan suatu tatanan masyarakat madani. Konsekuensi logis dari hal ini adalah aktivasi BK digalakkan dalam suatu setting kemasyarakatan. Tidak sepantasnya konselor hanya menuggu inisiatif klien datang, dan berorientasi komersial. Hal ini sebagai tantangan LSM BK yang mempunyai target-target pembinaan masyarakat.
       Dari paparan dan pengetahuan yang selama ini kita dengan dan kita lihat dilapangan, kondisi konselor masih dianggap sebagai suatu tindakan yang enggan untuk mendatangi sebuah lembaga konseling, lebih-lebih pada masyarakat pedesaan yang menganggab hal ini masih awam. Mungkin berbeda dengan masyarakat dikota-kota besar yang sudah memahami hal – hal yang berkenaan dengan konseling.
       Melihat hasil diskusi dari teman-teman yang terjadi pada saat presentasi, kawan-kawan menyarankan dan merasa penting menjdikan konselor itu sebagai suatu propesi yang dapat membantu memecahkan problema yang sedang di hadapi oleh peserta didik atau kalau sebagai seorang supervisor bisa menjadikan obat penawar bagi teman –teman guru yang sedang menghadapi masalah, dan dapat membantu memberikan motifasi untuk lebih giat dalam menjalankan tugasnya sebagai profesi pendidik.

       Dari hasil pantauan Tanya jawab dan diskusi bersama teman disamping dapat membantu orang lain, juga dapat membantu merubah sikap kepribadian dari kami sebagai guru agama yang di calonkan sebagai seorang pengawas atau supervisor. Karena menurut saya hal ini perlu dipahami dan dikuasi oleh seorang guru atau seorang supervisor, tanpa kita memiliki perilaku yang baik, yang sopan, tentunya kita akan sulit untuk menyampaikan dan memberiakan penyuluhan kepada orang lain atai klien. Maka menurut saya ilmu psikologi konseling merupakan ilmu yang harus di kembangkan dalam matakuliah, bukan hanya sebagai ilmu biasa, yang tidak penting dimiliki oleh seorang guru atau konselor.